3 Kunci Keluarga Bahagia Dunia Akhirat Dalam Islam

3 Kunci Keluarga Bahagia Dunia Akhirat Dalam Islam

Hadila.co.id – Apakah Sahabat ingin memiliki keluarga bahagia dunia akhirat? Wajar jika Sahabat menginginkannya. Setiap pasangan yang telah menikah dan mulai membangun rumah tangga pasti mendambakan sebuah keluarga yang bahagia, baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi bagi kita, keluarga muslim.

Kehidupan kita tidak hanya berlangsung di dunia saja, melainkan nanti ada kehidupan yang sesungguhnya setelah kehidupan dunia ini berakhir, yaitu akhirat—yang kekal abadi.

Nah, untuk membangun sebuah keluarga yang bahagia dunia dan akhirat memang bukan perkara mudah. Butuh kerja sama antara berbagai pihak, khususnya pihak-pihak yang terlibat langsung dalam keluarga tersebut. Suami, istri, anak-anak, misalnya. Rumah tangga bahagia dunia akhirat mustahil terwujud tanpa adanya proses pembelajaran dari masing-masing pihak ini.

Kebahagiaan dalam keluarga akan terwujud setelah Sahabat melewati berbagai proses yang panjang. Oleh sebab itu, jangan ragu untuk memulai sebuah proses. Apalagi, jangan sampai Sahabat justru menyerah secara langsung saat proses pertama yang Sahabat jalani untuk menuju kebahagiaan itu pupus.

Memang, mencari kebahagiaan itu tidak mudah, tetapi hal ini sangat mungkin untuk dicapai jika ada kemauan dan kerja keras tanpa batas. Begitu pun kebahagiaan dalam sebuah keluarga.

Buat Sahabat Hadila yang ingin memulai proses menuju kebahagiaan keluarga, bisa simak beberapa kunci kebahagiaan rumah tangga selama di dunia, bahkan sampai di akhirat berikut ini:

Keluarga Bahagia Harus Diawali dengan Niat Ibadah

Ya, agar keluarga yang kita bangun diberkahi dengan kebahagiaan oleh Allah Swt, maka kita harus mengawalinya dengan niat ibadah. Menikah dan membangun sebuah keluarga sejatinya adalah sebuah ibadah, sehingga kita pun harus meniatinya sebagai ibadah hanya kepada Allah.

Rasulullah juga pernah menyampaikan bahwa setiap amalan adalah bergantung kepada niatnya. Jika kita memiliki niat buruk untuk suatu amalan baik, hasilnya tentu juga buruk. Pun hal ini terjadi dalam keluarga.

Saat hendak menikah, niatkan bahwa itu untuk beribadah kepada Allah, mencari rida Allah, bukan yang lainnya. Sehingga, kebahagiaan memang harus dimulai sejak awal. Sesuatu yang diawali dengan niat yang baik, insya Allah juga akan memberikan hasil yang terbaik. Sebaliknya, sesuatu yang dimulai dengan keburukan, juga akan menghasilkan hal yang buruk.

Rasulullah pernah bersabda bahwa menikah adalah upaya untuk menggenapkan setengah dari agama seseorang. Maka, jika sebuah pernikahan dimulai dengan niat baik, baribadah kepada Allah, niscaya dalam perjalanannya juga akan memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan.

Antar-pasangan bisa saling membangun akhlak yang baik, saling mengingatkan, saling mendukung, mendapat keturunan yang saleh dan salihah, dan lain sebagainya.

Saling Memahami dan Menutupi Kekurangan

Dalam sebuah keluarga, tentu masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan. Jika Sahabat telah mantap untuk membangun keluarga dengan seseorang, maka Sahabat harus mau menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki pasangan. Jangan hanya mau menerima kelebihannya saja, dan menganggap kekurangan sebagai petaka.

Keduanya adalah hal yang akan senantiasa beriringan. Suami harus mau memahami kekurangan yang dimiliki istri, bahkan menutupinya dari khalayak umum (tidak menyebarluaskan aib dalam rumah tangga). Begitu juga istri, harus mau menerima segala kekurangan suami.

Bahkan, akan lebih baik lagi jika keduanya saling melengkapi. Keduanya saling berusaha untuk memperbaiki diri sehingga kekurangan-kekurangan yang dimiliki akan pudar sedikit demi sedikit. Jika keduanya telah memiliki sikap mau saling menerima dan memahami, maka bahtera rumah tangga yang bahagia di dunia, bahkan di akhirat, dapat dicapai.

Menjalankan Peran Masing-Masing dengan Baik

Menjadi suami ataupun menjadi istri tentu memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda. Setelah pasangan bisa saling menerima kekurangan, maka langkah selanjutnya untuk mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangga adalah menjalankan peran masing-masing dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Suami, untuk membangun keluarga bahagia dunia akhirat umumnya memiliki peran sebagai pemimpin keluarga, memberi nafkan sekaligus memastikan kebutuhan finansial keluarga terpenuhi, memberi nafkah batin pada istri, menjadi pendidik bagi istri dan anak-anak, dan mengatur keluarga dengan nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran Islam.

Sementara peran istri dalam membangun keluarga bahagia dunia akhirat antara lain adalah menjadi kunci dalam mengelola amanah dan harta suami, men-support dan melayani pekerjaan suami (tentu dalam pekerjaan yang halal), sebagai ibu yang setia mendidik putra-putrinya, memberikan kasih sayang dan kenyamanan pada suami sekaligus menjaganya dari perbuatan maksiat, dan tidak mempersulit suami dalam menghasilkan nafkah yang halal.

Peran masing-masing ini tidak berlaku mutlak. Artinya, pasangan bisa saling bertukar peran asal sesuai dengan kesepakatan dan hukum syariat, serta bisa pula saling bahu membahu membantu melakukan peran yang sama.

Misal, saat istri juga ingin bekerja, ia bisa saja melakukannya, asal tetap mampu menjalankan perannya yang lain dengan baik. Pun saat suami harus mengelola urusan rumah tangga, semua dapat dilakukan jika memang harus dan keduanya telah memiliki suatu kesepakatan yang tak memberatkan masing-masing pihak.

Demikianlah beberapa kunci untuk mencapai keluarga bahagia dunia akhirat. Tidak ada rumah tangga yang instan menjadi bahagia tanpa sebuah proses. Jika dalam perjalanan hubungan pernikahan terjadi permasalahan, hal itu wajar terjadi, maka sikapilah dengan bijak. Kembalikan segala permasalahan kepada Allah, dekatkan diri kepada Allah, insya Allah harapan untuk mencapai kehidupan keluarga yang bahagia di dunia dan akhirat dapat dicapai. <>

Ibnu
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos