Tips Mengatur Keuangan Keluarga Saat Ramadan dan Pandemi Corona

Tips Mengatur Keuangan Keluarga Saat Ramadan dan Pandemi Corona

Hadila – Keuangan merupakan hal yang sensitif dalam sebuah keluarga dengan berbagai status. Bisa menguatkan, bisa juga melemahkan. Salah satu kunci yang dapat menguatkan adalah literasi tentang prioritas keuangan, terutama bagaimana mengaturnya dalam pandangan Islam.

Hal itu disampaikan pakar keuangan yang juga dosen Institut Pertanian Bogor (IPB),  Dr. Laily Dwi Arsyianti, saat menjadi narasumber Kuliah Whatssap Bareng Cilukba yang digelar Majalah Anak Muslim Cilukba, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, prioritas keuangan terasa menjadi lebih penting di masa Ramadan dan masa pandemi. Dalam berbagai situasi dan kondisi, prioritas yang dibangun terdiri dari 4 poin secara berurutan:

Pertama, bersedekah, terangnua, adalah bentuk umum dari memberikan sesuatu atau berbagi kepada orang lain. Jika bentuknya materi, namanya infak. Ada pula sedekah dalam bentuk non materi, seperti senyuman. Prioritas pertama ini sangat terasa di bulan Ramadan. Porsi sedekah diperbesar, karena kita semua sangat mengharapkan keberkahan Ramadan. Infak untuk orang tua ditambah, pembelian bahan makanan ditambah karena ingin berbagi dengan yang lain. Sebagaimana Allah sampaikan dalam Alquran Surah Al Baqarah ayat276 bahwa Allah akan menyuburkan sedekah dibandingkan dengan praktik riba yang akan Allah lenyapkan.

Kedua, membayar utang dan tagihan. Paling tidak, setiap bulan kita mempunyai tagihan air, listrik pascabayar, atau pun gas, jika tidak punya utang barang lainnya. Membayar utang harus didahulukan sebelum berinvestasi dan menyisihkan konsumsi untuk diri dan keluarga, karena utang tidak hilang hingga seseorang meninggal dunia, bahkan ‘diwariskan’ kepada anak cucunya.

Ketentuan bermuamalah dengan tidak tunai diterangkan oleh Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 282. Ayat ini merupakan ayat terpanjang dalam Al-Quran. Hal ini berarti Allah sangat memperhatikan kompleksitas dan kerincian utang. Muamalah yg melibatkan berbagai pihak: pemberi utang, pengutang, saksi, dan pencatatnya.

Secara teori perencanaan keuangan, porsi utang dan tagihan dalam porsi pendapatan kita adalah sebesar maksimal sepertiganya. Artinya, jika penghasilan kita Rp3 juta, maka maksimal utang kita sebesar Rp1 juta per bulannya.

Namun, utang ini menjadi alternatif terakhir. Malah yg diatur terlebih dahulu dalam Surah Al Baqarah  ayat 245 adalah kita memberikan pinjaman kebaikan, bukan meminta pinjaman. Termasuk jika ‘kebutuhan’ Ramadan meningkat, ingatlah jangan sampai kita berutang untuk memenuhi keinginan konsumtif, melainkan boleh jika untuk kebutuhan produktif.

Ketiga, investasi. Berbagai riset menyatakan, di Indonesia, penghasilan para penduduknya meningkat di antara bulan Rajab, Syakban, Ramadan, dan Syawal. Ini berlaku bagi berbagai profesi. Pengusaha maupun pegawai negeri. Pedagang maupun petani. Inflasi (harga-harga meningkat) tertinggi pun terjadi di bulan-bulan ini. Inilah kesempatan kita untuk menyisihkan lebih banyak untuk pos investasi kita. Terutama investasi untuk anak-anak kita. Untuk generasi yang akan datang.

Investasi yang utama adalah untuk pendidikan anak. Laily memberikan tips agar orang tua memisahkan akun investasi dengan akun lainnya, seperti akun kebutuhan darurat dan akun untuk kebutuhan harian. Akun investasi sebaiknya tidak mudah dijangkau/diambil/ditarik, tidak memiliki ATM, dan tidak didaftarkan pada mobile banking. Namun, pada saat dibutuhkan, akun ini mudah untuk dijangkau. Artinya, perlu perencanaan untuk membuat akun ini.

Keempat, menyisihkan untuk konsumsi kita dan keluarga. Konsumsi selalu diletakkan di prioritas akhir dan sedekah di prioritas awal. Hal ini untuk mengingatkan kita untuk memprioritaskan memberi dibandingkan menerima, memprioritaskan membagi dibanding meminta, membiasakan aktif produktif dibanding pasif konsumtif. Porsi konsumsi sebaiknya memang sisa-sisa dari ketiga prioritas sebelumnya.

Prioritas ini sangat terasa di masa sekarang, di mana ketika semua orang terjatuh, tidak akan pernah ada yang bangkit jika semua menunggu uluran tangan, dan kebangkitan bersama akan lebih cepat jika semua bangkit dan mengulurkan tangan.

Dalam kondisi sekarang, kata laily, seharusnya kita lebih mudah mengatur karena kita dibatasi tidak sering-sering ke ATM mengambil uang, tidak sering berbelanja, baik langsung maupun online. Himbauan jaga jarak dan stay at home seharusnya mampu memudahkan kita mengatur ritme konsumsi dan berbelanja. <>

 

 

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos