Syarat-syarat Diterimanya Syahadatain (Bagian 1)

Syarat-syarat Diterimanya Syahadatain (Bagian 1)

Imam Wahab bin Munabbih pernah ditanya; “Bukankah Laa Ilaaha Illallah adalah kunci surga?” Beliau menjawab: “Benar, hanya saja tak ada satu pun kunci kecuali ia pasti memiliki gigi. Jika Engkau membawa kunci yang bergigi, pasti Engkau akan mampu membukanya, jika tidak ada maka Engkau tidak akan mampu membukanya.”

Inilah sepenggal kalimat dari seorang ulama besar yang mengajarkan kepada kita bahwa syahadatain bukanlah sekadar ucapan manis di bibir tanpa amal dalam realita kehidupan kita sehari-hari. Syahadatain baru akan memiliki bobotnya jika semua syaratnya dipenuhi sebagaimana sebuah kunci yang lengkap gigi-giginya, tak ada satu pun yang terkurangi. Lantas apa saja syarat diterimanya syahadatain?

Para ulama mengatakan bahwa syarat diterimanya syahadatain ada tujuh yaitu; ilmu, keyakinan, ketundukan, penerimaan secara total, ikhlas, kejujuran, dan cinta.

 

Satu; ilmu yang menafikan kebodohan

Sungguh agama ini sejak awal kedatangannya menekankan pentingnya ilmu dan kepahaman apalagi dalam hal keyakinan dan keimanan. Paksaan dan doktrin buta bukanlah cara yang dibenarkan dalam mengajarkan nilai-nilai keimanan.

Maka Allah Swt berfirman; “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”[Q. S.  Muhammad (47): 19].

Dalam ayat lain Allah juga berfirman: “dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa’at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang mengakui yang kebenaran (tauhid) dan mereka mengetahui(nya)” [Q.S. Az Zukhruf (43): 86]

Jika taklid buta ada sesuatu yang dibenci, maka taklid buta dalam urusan akidah dan keyakinan jauh lebih dibenci oleh agama ini. Maka 13 tahun dakwah Rasulullah Saw di Mekah hanya menitikberatkan pada pengajaran tauhid dan akidah yang mantap. Bahkan ada satu surat panjang yang penuh berisi dengan nilai-nilai dan ajaran tauhid yaitu Surat Al An’am sehingga para ulama menamainya juga dengan Surat Tauhid.

Dalam sebuah hadis Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa meninggal dunia, sedangkan ia mengetahui bahwa tiada ilaah (tuhan yang berhak disembah) kecuali Allah Swt, pasti ia masuk surga.” [H. R . Muslim]

 

Dua; keyakinan yang menolak keraguan

Kemantapan hati dan keyakinan merupakan syarat diterimanya dua kalimat syahadat. Hal ini karena tak ada seorang mukmin pun yang terdorong untuk beramal bahkan berkorban demi Agama dan Tuhannya kecuali karena keyakinannya. Jika keyakinannya kuat, maka amalnya akan berlipat ganda. Sebaliknya, jika keyakinannya lemah, amalnya pun hanya sekadarnya.

Oleh karenanya, ketika Allah mendefinisikan orang-orang yang beriman, Dia kaitkan dengan keyakinan yang ia miliki. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka Itulah orang-orang yang benar.” [Q. S. Al Hujurat (49): 15]

Mereka tidak ragu. Inilah yang membedakan setiap mukmin dengan kaum munafik yang hatinya dipenuhi dengan keraguan dan syak wasangka. Kaum beriman jika diseru untuk berjihad, mereka bergegas tanpa sedikit pun keraguan, sedangkan kaum munafik berusaha mencari seribu satu alasan agar tidak turut dalam perang.

Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.” [Q. S. At Taubah (9): 45]

Rasulullah Saw bersabda: “Siapa saja yang engkau temui dibalik dinding ini yang bersaksi bahwa tiada ilaah kecuali Allah, yakin dengan sepenuh hati, maka berilah kabar gembira kepadanya dengan surga.” [H. R. Muslim].

Dalam hadist yang lain: “Aku bersaksi bahwa tiada ilaah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Tak ada seorang pun hamba yang berjumpa dengan Allah dengan membawa keduanya tanpa sedikit pun keraguan kecuali pasti ia akan masuk surga.” [H. R. Muslim]. <Bersambung/Dimuat di Majalah Hadila Edisi Desember 2014>

Penulis, Ustaz Suhari Abu Fatih, pegiat sosial dan dakwah

Redaksi
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos