Nikah atau Lanjut Studi, Mana yang Harus Didahulukan??

Nikah atau Lanjut Studi, Mana yang Harus Didahulukan??

Hadila – Assalamu’alaikum Ustazah. Saya putri pertama dari 3 bersaudara. Saat ini usia saya 25 tahun. Beberapa bulan ini saya sering berdebat dengan ibu, karena ibu memaksa saya taaruf dengan seorang laki-laki. Padahal saya masih ingin fokus menyelesaikan S2 dan bekerja. Bagaimana seharusnya sikap saya, Ustazah? (Fahma, Yogyakarta, 08560143xxxx)

Jawaban Oleh: Ustazah farida Nur’aini (Konsultan Keluarga Majalah Hadila)

Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih sudah bertanya, Sahabat. Ini masalah yang sangat penting karena menyangkut masa depan Sahabat fahma dan juga keluarga. Ada beberapa hal yang perlu dibereskan agar masalah ini bisa clear.

Pertama, hubungan Anda dengan ibu. Sebagaimana yang kita tahu bahwa anak diwajbkan menghormati orang tuanya. Mulai dari cara bicara yang kita tidak boleh mengatakan ‘uh’ sampai pada adab  ketaatan pada ibu. Jika berkata ‘uh’ saja tidak boleh, apalagi yang lebih dari itu, tentu lebih dilarang. Apalagi sampai berdebat. Perbaiki cara komunikasi dengan ibu. Lemah lembutlah. Jangan berkata kasar atau membentak. Ibu itu orang yang kedudukanya sangat tinggi di hadapan Allah Swt. Doa ibu sangat makbul.  Ayo, belajar lagi tentang adab menghormati orang tua.

Ingat kisah sahabat yang bernama Juraij. Dia seorang ahli ibadah.  Suatu hari ia sedang  melakukan salat sunah. Suatu hari saat melaksanakan salat sunah itu, ibu memanggilnya. Namun Juraij memlilih tetap meneruskan salatnya dan mengabaikan panggilan ibunya. Karena kesal ibunya berdoa agar Juraij tidak meninggal dunia sebelum dipertontonkan di hadapan pelacur. Tentu ini doa yang tidak baik. Namun karena yang berdoa adalah ibu, maka doa itupun makbul.

Jadi, hati-hati dengan perasaan ibu. Jangan sampai membuat beliau marah. Karena walaupun diucapkan dalam kondisi marah, bisa juga makbul. Dan ini pula yang dilakukan ibunda salah satu imam terkenal,  Sudais, dalam versi lain. Ketika kecil Sudais menaburkan pasir di atas makanan yang siap disantap. Sang ibu pun marah besar. Namun lihat, apa yang dikatakan beliau. “Ya Allah Sudais..tak doakan kamu besok jadi imam besar Masjidil Haram!” Ini ucapan kemarahan ibu yang hebat. Dan doanya pun makbul. Sudais kecil itu sekarang menjadi imam besar Masjidil  Haram yang suaranya begitu menyentuh jiwa.

Ibu orang yang paling berjasa dalam kehidupan kita. Kita tak akan sanggup membalasnya dengan suatu apa pun. Bahkan jika kita menggendong ibu untuk melakukan perjalanan jauh kemudian ibu melaksanakan haji dalam kondisi kita gendong sampai punggung kita lecet-lecet, itu tak akan bisa membalas jasa ibu. Itulah yang dilakukan sahabat Salman al Farisi. “Belum” itulah jawaban Rasulullah Saw ketika ditanya Salman apakah perbuatannya sudah setimpal untuk membalas jasa ibu. Maka, jaga benar apa yang kita lakukan kepada ibu. Jangan sampai menyakiti hati beliau.

Kedua, apakah perintah ibu harus selalu ditaati? Ya. Selama itu dalam kebaikan. Jika ibu memerintah yang bertentangan dengan perintah Allah, tentu kita tidak boleh mentaatinya. Seperti kisah sahabat Saad bin Abi Waqqash. Ia tetap memeluk Islam walau ibunya mengancam mogok makan. Sekarang bila ibu menyuruh menikah, apakah itu melanggar perintah Allah? Tidak. Justru itulah sunah Rasulullah Saw. Jadi, mulai sekarang tahan lisan. Jangan membantah ibu. Kemudian, tatalah pikiran. Tata hati. Tugas wanita yang utama adalah menjadi istri dan ibu. Ini adalah peran tertinggi perempuan. Berkarier itu bagus. Aktualisasi diri itu penting. Namun itu kedua. Setelah jadi istri dan ibu. Kelak di akhirat kita juga akan ditanya tentang peran kita sebagai ibu dan istri. Bukan sebagai pimpinan atau direktur. Itu tambahan pahala jika kita bisa menjadi wanita karier yang baik.

Ketiga, ingat usia, Mbak. Perempuan itu mempunya masa produksi terbatas. Usia ideal menikah itu antara 20-30 tahun. Menurut ilmu kedokteran batas toleransi melahirkan itu 30 tahun. Setelah itu harus hati-hati karena sudah melewati batas usia aman melahirkan.  Nah, usia Mbak sekarang 25 tahun. Masih ada waktu untuk menyiapkan diri jadi istri dan siap menjadi ibu.

Bagaimana dengan karier?  Waktu masih panjang, insya Allah. Masih banyak waktu untuk mengejar mimpi. Kuliah lagi dan bekerja. Namun lakukan itu setelah menikah, dan tentu dengan seizin suami. Tetap jaga komitmen bahwa keluarga adalah nomor satu. Ridho suami harus selalu ada dalam genggaman. Belajarlah setinggi langit, bekerjalah semaksimal mungkin. Lakukan itu semua dengan keridhoan suami. Insya Allah semua akan lancar.

Jadi saat ini, belajar kembali tentang fitrah perempuan. Tugas perempuan muslimah. Pelajari dan pahami. Resapi baik-baik sampai bisa melakukan ini dari hati. Dari keiklasan yang tulus serta niat yang suci. Carilah teman yang paham agama. Minta bantuan untuk bisa memotivasi dalam kebaikan.

Demikian, Mbak. Semoga Allah berikan kelancaran dalam urusan, Mbak. Aamiin.  <>

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos