Menanamkan Jiwa Kompetisi Pada Anak dengan Motivasi

Menanamkan Jiwa Kompetisi Pada Anak dengan Motivasi

Hadila.co.id — Mendidik anak, menanamkan karakter dan membentuk dirinya menjadi pribadi tangguh adalah tanggung jawab orangtua. Bagaimana Islam mengaturnya, serta apa kaitannya dengan “Berkompetisi Sejak Dini”? Berikut wawancara Hadila dengan Ustaz Rudy Hartanto, S.Pd.I, Pendiri Jaringan Rumah Quran Haramain mengenai bahasan tersebut.

Ustaz, bagaimana Islam berbicara mengenai kompetisi?

Berbicara mengenai kompetisi, Alquran secara umum menjelaskannya dengan konsep fastabiqul khoirot; berlomba-lomba dalam kebaikan. Banyak sekali dalil terkait hal tersebut, salah satunya, Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan” [Q. S. Al-Baqarah: 148]

Beberapa kisah para sahabat dalam siroh nabawiyah juga menyebutkan bagaimana Rasulullah men-tarbiyah para sahabat dengan kompetisi dalam kebaikan. Dikisahkan pula  bagaimana Rasulullah Saw berlomba lari dengan Aisyah untuk memberikan dia pembelajaran dalam bingkai menyenangkan (bermain) yang sesuai dengan usia Aisyah kala itu.

Bagaimana dengan konsep berkompetisi sejak dini?

Anak adalah anugerah sekaligus amanah bagi orangtua. Pembelajaran dan pendidikan harus diberikan padanya sedini mungkin. Dalam pendidikan anak kita bisa mengenalkan kompetisi yang mengarahkan anak pada kebaikan. Tentunya kompetisi yang sehat. Jika digali lebih dalam, dilakukan secara tepat dan pada waktu yang tepat maka kompetisi dapat membantu anak lebih berani, unggul, percaya diri dan yang lebih utama mendorong anak aktif terus berada dalam lingkungan kebaikan.

Seperti halnya perintah pengajaran salat bagi anak, yang ditegaskan Rasulullah Saw, “Suruhlah anak-anak kalian untuk salat bila mereka telah berumur 7 tahun. Pukullah mereka karena tidak salat bila telah berumur 10 tahun. Pisahkanlah mereka dari tempat tidur kalian.” [H.R. Ibnu Abi Syaibah, Abu Daud, Ad-Daruquthni, Al-Hakim, Baihaqi, dan Ahmad]

Pengenalan anak pada kompetisi bisa jadi ada masa tersendiri. Beberapa pakar mengatakan usia 4 tahun ke atas sudah bisa mulai diperkenalkan dengan nilai-nilai kompetisi.

Kompetisi dalam kalimat fastabiqul khoirot tidak hanya mengacu pada sebuah bentuk perlombaan dimana ada pemenang juga ada yang kalah. Melainkan fokus pada nilai motivasionalnya, berlomba untuk senantiasa terbaik dalam hal kebaikan.

Konsep kompetisi seperti ini bisa diterapkan dalam hal-hal kecil sekalipun. Misalnya, tentang hafalan Alquran (siapa yang sudah menghafal Alquran hari ini?), salat (siapa telah salat awal waktu?), dan lain-lain. Karena fokus pada motivasinya untuk bersegera melakukan kebaikan, maka terkadang reward pun perlu diberikan.

Banyak pembelajaran yang memanfaatkan potensi emas anak (usia 0-7 tahun), terutama hal-hal yang berkaitan dengan karakter dan pembelajaran agama (Alquran, misalnya). Sehingga kompetisi dalam konsep yang simpel seperti ini bisa diterapkan.

Sebagai praktisi pendidikan Alquran, bagaimana kompetisi diterapkan di Haramain?

Konsep pendidikannya sejak dini, dengan metode pembelajaran yang menyenangkan. Sebagaimana hadis, “Barang siapa yang mempelajari Alquran di usia dini, maka Allah akan mencampurkannya dalam daging dan darahnya.” [H.R. Bukhari]

Intinya pada memaksimalkan potensi, sesuai dengan karakter dan kemampuan anak. Misalnya untuk anak yang auditori, kita gunakan media audio.

Konsep kompetisinya ada pada proses evaluasi pembelajaran, yaitu saat setoran hafalan. Meski ada konsep semacam ranking, tetapi dikondisikan bahwasanya semuanya baik. Dengan menyisipkan motivasi pada setiap tahapan pembelajaran ataupun evaluasi. Setiap anak yang telah menyelesaikan 1 juz dengan sempurna akan mendapatkan predikat mumtaz (istimewa), jika masih ada salah dalam range tertentu maka mendapat predikat jayid jiddan (sangat baik), sedangkan untuk yang masih belum terlalu lancar mendapatkan predikat jayid (baik). Jayid jiddan dan jayid memiliki catatan perbaikan tersendiri, agar bisa mencapai mumtaz.

Sertifikat, diikutkan dalam wisuda akbar, dan beberapa reward khusus digunakan sebagai salah satu hal untuk memotivasi semua siswa. Meski evaluasi penting, yang lebih menarik untuk disampaikan pada anak adalah proses sebelumnya (ikhtiar) yang harus dilakukan untuk mencapai tahapan evaluasi itu.

Apa sebenarnya goal yang bisa didapat dari berkompetisi sejak dini?

Karena hidup tidak akan lepas dari kompetisi, maka mengenalkan anak pada kompetisi sejak dini perlu. Untuk memberikan pandangan mengenai nilai-nilai percaya diri, berani, semangat, pengalaman, yang kemudian membuatnya termotivasi untuk senantiasa berusaha memberikan yang terbaik dalam segala hal. Goal akhirnya ada pada pemahaman untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Unggul sebagai hamba Allah, dalam hal sekecil apapun. [Dimuat dalam Majalah Hadila Edisi Juli 2014]

Redaksi
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos