Kesulitan Hidup untuk Meraih Cinta Allah

Kesulitan Hidup untuk Meraih Cinta Allah

Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka.”

[H.R. Thabrani dan Baihaqi dari Anas bin Malik Ra]

Hadis ini disahihkan Imam As-Suyuthi dalam Al-Jami’ush-Shaghir (354). Disahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam Shahihul Jami’ (285).

Seorang Mukmin akan mengalami berbagai ujian dan cobaan dalam hidup. Oleh karena itu dia harus mampu melipatgandakan kesabaran agar dapat meraih cinta dan rida Allah Swt. Pada dasarnya, ujian dan cobaan hidup adalah isyarat cinta dan rida Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Mengapa demikian?

Pertama, karena ujian akan meninggikan derajat seorang hamba di sisi Allah Swt. Rasul Saw bersabda, “Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki amalan yang dapat mengantarkannya ke sana, maka Allah terus-menerus mencobanya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia dapat mencapai kedudukan itu.” [H. R. Ibnu Hibban].

Kedua, ujian akan membersihkan dirinya dari dosa/kesalahan. Rasul Saw bersabda, “Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kekhawatiran, kesusahan, gangguan, kesedihan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dosa-dosanya.” [H. R. Bukhari]

Ketiga, ujian akan menjauhkannya dari api neraka. Diriwayatkan bahwa Rasul Saw menjenguk salah seorang sahabat yang sedang sakit seraya bersabda, “Bergembiralah, karena sesungguhnya Allah berfirman, “Ia adalah neraka-Ku yang Aku timpakan kepada hamba-Ku yang beriman di dunia, sebagai ganti jatah siksa neraka untuknya di akhirat.” [H. R. Ahmad]

Keempat, ujian akan menjadikan dirinya semakin dekat kepada Allah Swt. Firman-Nya, “Dan sesungguhnya Kami mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum kamu, kemudian kami siksa mereka dengan menimpakan kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka kembali kepada Allah dengan penuh ketundukan.” [Q. S. Al-An’am (6): 42]

Menangkap Isyarat Cinta

Berikut kiat-kiat agar seorang muslim tetap bersabar dalam menghadapi setiap ujian, menjadi lebih mulia; sempurna iman dan Islamnya.

Satu, mengetahui bahwa musibah adalah ketetapan Allah Swt atas dirinya sehingga hendaknya dia lebih mampu bersabar menghadapinya. Allah Swt berfirman, “Katakanlah: ‘Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah-lah orang-orang yang beriman hendaknya bertawakal.” [Q. S. At-Taubah (9):51]

Dua, meyakini bahwa Allah Swt lebih sayang terhadap dirinya daripada rasa sayangnya terhadap dirinya sendiri. Hal ini akan membuatnya lebih sabar dan selalu berbaik sangka kepada Allah Swt. Allah Swt berfirman, “Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang.” [Q. S Al An’am (6):12]

Tiga, mengetahui bahwa Allah Swt telah memilih untuknya suatu bentuk ujian dan meridainya, karena Allah lebih mengetahui kemaslahatannya daripada dirinya sendiri.

Empat, mengetahui bahwa hak Allah Swt atas dirinya (konsekuensi ubudiyah) dalam menghadapi cobaan adalah dia bersabar.

Lima, mengetahui bahwa Allah menghendaki kebaikan untuknya dengan menimpakan cobaan.

Enam, mengetahui bahwa putus asa tidak akan memberikan manfaat sedikit pun, bahkan justru akan menambah penderitaan dan menghilangkan pahala. Rasul Saw bersabda, “Barangsiapa rida terhadap musibah, maka baginya keridaan Allah. Barangsiapa murka, maka baginya kemurkaan Allah.” [H. R. Tirmidzi]

Tujuh, mengingat kematian dan cepatnya perpindahan dari dunia.  Hal ini akan menyadarkan dirinya untuk selalu mendayagunakan keadaan lapang untuk meraih kebahagiaan akhirat dan menjaga diri agar tidak terseret dalam kebinasaan dunia-akhirat.

Delapan, menyadari bahwa dunia adalah tempat yang penuh dengan cobaan dan ujian. Perasaan ini dapat menguatkan kesabaran ketika menghadapi musibah.

Sembilan, mengetahui bahwa di balik kehidupan dunia ini terdapat tempat tinggal yang jauh lebih indah, yaitu surga Allah Swt yang penuh kebahagiaan tak terhingga, tanpa ada sedikit pun penderitaan.

Sepuluh, menghibur diri, bersyukur, dan menguatkan jiwa untuk bersabar dengan melihat orang lain yang cobaannya lebih berat. Rasul Saw bersabda, “Lihatlah orang yang lebih rendah darimu dan jangan melihat orang yang lebih tinggi darimu, karena hal ini akan lebih membuatmu menghargai nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” [H. R. Muslim]

Sebelas, melihat banyak nikmat yang masih ada padanya, serta banyak keburukan yang telah disingkirkan darinya.

Duabelas, menyadari bahwa yang penting, musibah yang dialaminya itu bukan musibah bagi agama. Karenanya Rasulullah Saw senantiasa berdoa, “Janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam agama kami.”[H. R. Tirmidzi].

Tigabelas, melatih diri untuk bersabar. Rasul Saw, “Barangsiapa memaksakan diri untuk bersabar, maka Allah akan membuatnya bersabar.” [H. R Bukhari dan Muslim]

Terakhir, menunggu saat-saat berakhirnya suatu musibah, akan lebih meringankan.

[Penulis: Fakhruddin Nursyam, Lc. Penulis buku Trilogi Arbain: Tarbawiyah, Da’awiyah, dan Ruhiyah. Dimuat di Majalah Hadila Edisi April 2016]

 

Taufik
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos