Keajaiban di Tanah Suci

Keajaiban di Tanah Suci

Oleh: Isma Puspa

Mayoritas umat muslim pasti ingin menjadi tamu Allah di Tanah Suci. Meski beberapa waktu lalu aku belum mendapat kesempatan itu, aku yakin suatu saat entah kapan akan akan meraih kesempatan itu. Pertanyaan yang hadir kemudian, “Pantaskah aku menjadi tamu-Nya kelak? Kapankah?”  Walau sungguh, dalam benakku hal itu masih mimpi. Mimpi yang masih terlalu muluk buatku untuk menjadi nyata.

Hingga pada suatu waktu, tak berselang lama. Aku yang kemarin sangat menyangsikan “mimpi”  itu. Tiba-tiba tersadar, aku telah menyangsikan Allah, aku telah meragukan Allah Swt, dan telah pernah menganggap bahwa keinginanku ke baitullah adalah sesuatu yang muluk-muluk.

Allah mengizinkanku pergi umrah melalui inisiatif dan bantuan kakak-kakak ipar dan orangtuaku.  Tak kuduga akan secepat itu.  Hatiku berdebar. Bahagia, haru, tapi takut. Aku sangat bahagia karena aku tidak sendiri. Ada dua orangtua kandungku bersamaku. Tapi aku takut karena kondisi finansialku. Dan entah kenapa ada rasa ragu terhadap orangtuaku, terutama bapak yang agak sakit-sakitan. Aku merasa bahwa beliau berdua harus kudampingi. Setelahnya baru kusadari bahwa niatku ini berarti belum lurus.

Ibu yang lebih cekatan daripada bapak dan biasanya tangguh mandiri, begitu tiba di Tanah Suci sepertinya malah menimbulkan banyak hal yang sempat membuatku gemas. Aku menangis saat di masjid. Kuluruskan niat bahwa aku umrah untuk beribadah, karena Allah saja. Memang Allah mendatangkan ujian padaku melalui ibu. Aku segera tersadar dan mohon ampun, serta memohon kesehatan untuk ibu. Berikutnya alhamdulillah ibu enerjik seperti biasa. Bahkan berhasil naik ke Jabal Nuur, meski tidak sampai puncak atas saranku mempertimbangkan fisik ibu.

Tak cuma itu, beberapa orang asing sepuh dari Pakistan, Malaysia, bahkan beberapa negara Eropa, sering minta tolong aku untuk mengambilkan mushaf, atau sekadar minta dibantu berdiri. Bahasa Inggris terbatasku alhamdulillah bisa kumanfaatkan untuk berkomunikasi dengan mereka. Aku sangat takjub dan malu. Memang saat di Tanah Air, aku pernah minta kepada Allah untuk diberi kesempatan menolong banyak orang selama di Tanah Suci. Benar-benar Allah memberikan sekaligus mungkin mengujiku, sehingga aku selalu berusaha mensyukuri ujian-ujian itu.

Pelajaran berharga yang kupetik selama di Tanah Suci adalah bahwa kita harus khusnuzon setiap saat. Hal itulah yang sangat penting untuk selalu terjaga di dalam hati. Allah menurutkan kata hati hamba-Nya. Segala hal positif yang kita pikirkan dan kita lakukan, maka itulah yang kita peroleh. Begitupun sebaliknya. Tentu manusia tidak luput dari salah dan lupa. Segera mohon ampun adalah tindakan paling tepat, sehingga Allah segera memberi solusi dan menuntun kita kembali ke jalan-Nya. Aamin yaa robbal’alamiin. Wallahu’alam. <Dimuat di Majalah Hadila Edisi September 2018>

 

 

Eni Widiastuti
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos