Jatuh Bangun, Pengorbanan Seorang Ibu

Jatuh Bangun, Pengorbanan Seorang Ibu

Hadila.co.id Belum ada petunjuk mutlak (juklak) lengkap menjadi ibu. Saat dua garis biru muncul, beban menjadi ibu dimulai. Namun seringkali kita buta dengan segala pernik keibuan. Informasi yang kita dapat biasanya berupa “katanya” dan “katanya’ yang kadang sulit diterapkan.

Saya pikir, hampir semua ibu muda mengalami kepanikan yang sangat saat bayi demam. Kebingungan saat bayi muntah habis minum ASI (Air Susu Ibu). Putus asa saat tangisnya tak reda juga. Saya pikir, hampir semua ibu pernah berpikir, “andai jabatan ibu ini bisa ditanggalkan sementara, lelah ini sudah tak terkira.”

Perasaan-perasaan di atas wajar dimiliki. Saya pernah mengalami kelelahan akut karena bayi kedua tidak bisa sama sekali diletakkan, harus selalu dipangku. Bergantian dengan suami dan ibu saat itu, tetap diterpa lelah luar biasa.

Kisah Bunda Hajar, antara Kerja Keras dan Tawakal pada Allah

Kalau sudah begitu, motto yang biasa saya dengan dari tim support ibu baru di Inggris (dokter keluarga, bidan, dan health visitor-konsultan kesehatan keluarga) ialah ‘selamat dulu satu hari ini, tomorrow is another day’. Sikap terbaik yang bisa kita miliki ialah, esok hari baru. Sekarang berusaha yang terbaik dulu. Sambil berdoa karena semua datangnya dari Allah. Andai sempat berbuat salah, maka jadikan rasa bersalah itu cambuk untuk berbuat lebih baik.

Ada dua kejadian yang tidak akan pernah saya lupa. Proses take off pesawat ke Inggris. Saat itu kali pertama saya mengurus anak sendiri, dalam perjalanan sejauh itu pula. Arik terus menangis sampai saya hilang akal dan hampir menangis. Seorang ibu yang baik mengambil Arik dari saya dan ajaib, bayi itu berhenti menangis. Saat tinggal landas, saya mendengar tangis dia lagi tapi tidak bisa mengambilnya karena tanda seatbelt masih menyala. Sekian menit itu terasa amat panjang meninggalkannya di tangan asing.

Waktu yang Tepat untuk Memperkenalkan Kompetisi pada Anak

Kejadian kedua, karena sampai saat ini saya masih menyesal, saya bahkan belum mampu membagi ceritanya.

Intinya, rasa bersalah pada anak jangan dipendam. Ucapkan. Sampaikan alasan kenapa peristiwa itu terjadi dan minta maaflah. Anak sungguh sangat pemaaf pada orangtuanya. Lalu ukirlah semakin banyak kenangan indah dengannya. Lalu, percayalah. Tiap hari akan selalu ada pelajaran untuk kita hingga juklak ibu itu makin lengkap dan tebal.

<MH>

Bachtiar
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos