Inilah Pentingnya Memulai dari Adab

Inilah Pentingnya Memulai dari Adab

Hadila.co.id—Tanpa pembentukan adab yang kuat, tak ada alasan mendasar untuk memasukkan anak di sekolah berasrama (boarding school). Inilah pilar pendidikan yang harus mendapat perhatian utama. Ini pula yang harus ditegakkan pertama kali sebagai bagian dari tarbiyah.

Ibarat tanah, kita siapkan lahannya dulu sebelum kita tanami. Ibarat sawah, kita olah dulu sehingga menjadi lahan yang subur untuk menyemai berbagai bentuk kebaikan dan ilmu.

Tanpa ta’dib dan tarbiyah, tak ada pembeda yang sangat penting dengan sekolah yang berangkat pagi pulang sore, kecuali bahwa anak-anak itu tinggal di tempat yang sama, yakni asrama.

Tanpa tarbiyah dan ta’dib, sekolah asrama hanya menyediakan tempat menginap, tapi bukan pesantren. Sebagaimana, sekarang telah banyak pondok pesantren yang telah kehilangan kata pesantren, sehingga yang tersisa tinggal pemondokannya saja.

Pembentukan adab juga harus menjadi bagian sangat penting dari sekolah sehari penuh (fullday), terlebih ketika berani menempelkan kata Islam pada model sekolahnya; apakah Islam terpadu, Islam integral, Islam plus atau apa pun itu.

Tanpa ada proses ta’dib yang serius dan terencana, pilihan kita memasukkan anak ke sekolah sehari penuh boleh jadi justru bukan menempa anak agar menjadi pribadi yang baik dan matang, tetapi justru menjerumuskan.

Keburukan itu akan lebih besar lagi pengaruhnya pada sekolah berasrama, sebagaimana kebaikannya juga sangat besar jika tertata dengan sangat baik dan penuh kesungguhan.

Boleh jadi selama di asrama, anak-anak terbiasa berperilaku sopan dan bertutur santun. Tapi tanpa proses ta’dib yang matang, kebaikan dalam berperilaku maupun bertutur hanyalah kebiasaan tanpa dasar, tanpa pilar.

Mereka baik karena lingkungan kondusif untuk berbuat baik. Mereka baik karena lingkungan kurang memungkinkan berbuat buruk. Tapi jika hati tak mengingini, kecintaan terhadap perbuatan baik itu tidak tumbuh dengan kokoh, maka ia akan mudah hilang tanpa bekas begitu keluar dari lingkungan tersebut.

Berbagai kebiasaan baik tersebut berubah drastis bukan karena pengaruh lingkungan, tetapi karena sedari awal anak-anak memang tak mengingini kebaikan tersebut, sementara upaya menanamkan kecintaan nyaris tak ada. Salah satu sebabnya, kita menganggap bahwa penjelasan telah cukup untuk menyadarkan. Padahal beda sekali antara faham dan sadar. Penjelasan itu memahamkan, bukan menyadarkan.

Proses Pembentukan Ta’dib

Lalu, kapan ta’dib perlu kita berikan kepada anak? Sepanjang masa. Selama mereka masih di asrama, selama itu pula proses ta’dib dan tarbiyah berlangsung secara terus-menerus dan berkelanjutan. Tetapi untuk sebuah perubahan terencana, tiga bulan pertama merupakan masa yang amat penting untuk melakukan ta’dib. Inilah masa yang paling strategis.

Lantas, apa yang perlu kita perhatikan dalam proses ta’dib? Pembiasaan dan bahkan pengharusan berperilaku sesuai tuntunan, sehingga apa yang berat terasa lebih ringan, penyampaian ilmu sehingga anak tak sekadar terbiasa melakukan, dan yang tak kalah pentingnya adalah targhiib wat tarhib.

Jika penjelasan memahamkan anak apa-apa yang sebelumnya tidak ia pahami, maka targhiib wat tarhib kita berikan untuk menumbuhkan kesadaran. Dua hal ini, paham dan sadar, merupakan perkara penting yang berbeda ranahnya. Paham itu berada pada ranah kognitif, sementara sadar merupakan jenjang terendah ranah afektif.

Sekadar paham, sematang apa pun pemahamannya hingga mampu menjelaskan secara gamblang dan memuaskan, tidak berpengaruh pada sikap maupun perilaku. Bukankah orang-orang Yahudi banyak yang memahami Islam dengan baik, tetapi mereka tidak bersedia tunduk kepada petunjuk?

Sementara kesadaran tanpa mengilmui membuahkan keinginan untuk berbuat, tetapi tanpa terasa bisa terlepas dari tuntunan. Bukankah telah berlalu orang-orang sebelum kita yang gigih beramal tapi terlepas dari kebaikan karena jauh dari petunjuk?

Kembali pada pembahasan tentang ta’dib. Tiga bulan pertama merupakan masa paling penting bagi pembentukan ‘adab yang berperan sangat penting bagi proses pembentukan iklim kelas dan budaya sekolah di kemudian hari. Selama tiga bulan, kegiatan akademik diminimalkan, terutama di asrama. Fokus kegiatan ada pada ta’dib dan tarbiyah. Bukan ta’lim.

Apakah sekolah harus mengambil waktu sedemikian lama hanya untuk membentuk adab? Ada dua jawaban sederhana. Pertama, ibarat menanam padi, pembentukan adab merupakan proses penyiapan lahan agar tanaman yang kita semai dapat tumbuh subur. Kedua, kerepotan mengurusi siswa akibat lalai menyiapkan adab mereka di awal jauh lebih panjang dan melelahkan, sehingga mengkhususkan waktu di awal (khususnya di asrama) akan sangat bermanfaat.

Selain itu, jika mereka telah memiliki adab yang kuat serta menghayati fadhilah ilmu maupun menuntut ilmu, kita bisa berharap mereka akan memiliki sikap belajar serta orientasi studi yang baik. Wallahu a’lam bish-shawab. <Mohammad Fauzil Adhim; Rubrik Kolom Fauzil Adhim Hadila Edisi 83 Mei 2014>

 

 

Admin Hadila
ADMINISTRATOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos