Cara Rasulullah Berdakwah, Lemah Lembut dan Merajut Persaudaraan

Cara Rasulullah Berdakwah, Lemah Lembut dan Merajut Persaudaraan

Hadila.co.id Dengan kepribadian yang saleh dan perilaku yang lemah lembut, itu lah cara Rasulullah berdakwah dan menyebarkan agama Islam. Cara Rasulullah berdakwah itu lah yang menyebabkan banyak dari para sahabat akhirnya menerima Islam sebagai agamanya, Allah sebagai tuhan dan Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai utusan Allah.

Dengan cara berdakwah Rasulullah itu juga umat muslim di sekitar beliau merasa sebagai sahabat yang dicintai rasul. Beliau merajut persaudaraan dengan setiap umat muslim yang ada di sekitarnya.

Faedah Surat Al Lahab, Hukuman bagi Orang yang Menentang Allah dan Rasulnya

Dia adalah pribadi menawan sebab cinta dan perhatiannya pada setiap insan, berhulu dari ketulusan. Dia menguasai kaidah penting pergaulan.

Tidak menghabiskan waktu membuat orang terpesona padanya, namun ‘memesona’ orang dengan ketertarikan dan perhatiannya pada orang lain.

Sebuah kisah di Thaif, membingkainya. Saat ditolak pemimpin Thaif, Dia tetap berupaya menyampaikan risalah. Maka murkalah orang-orang atas seruannya. Mereka mencerca, meneriaki, mengejar, melempari batu, menghinakan dan mengusirnya.

Tubuhnya lebam, kakinya luka. Tertatih Dia hampiri sebatang pohon anggur di kebun Utbah ibn Rabi’ah. Beristirahat meredakan rasa sakit, zahir maupun batin. Dengan senyum tengadah ke langit,, segala aduan tertuju pada PenciptaNya.

Faedah Surat Al Lahab, Hukuman bagi Orang yang Menentang Allah dan Rasulnya

Utbah pun merasa iba. Diperintahkanlah Addas, memberinya setandan anggur. Dia menerimanya dengan senyum, “Siapakah namamu wahai saudara yang mulia?”

“Namaku Addas, pembantu Tuan Utbah.”

Bismillahirrahmanirrahim”, ucapnya memetik sebulir anggur seraya mengulurkan anggur menawari Addas. Addas menggeleng dan tersenyum. “Kata-kata itu tak pernah diucapkan orang-orang di negeri ini”, kata Addas.

Cara Nabi Muhammad Menutup Sore Harinya

“Dari manakah asalmu hai Addas, dan apa pula agamamu?”

“Aku seorang Nasrani. Aku penduduk negeri Ninaway.”

“Oh, dari negeri seorang saleh bernama Yunus ibn Matta?”, tanyanya antusias. Mata Addas mengerjap lebih antusias. “Apa yang kau ketahui tentang Yunus ibn Matta?”, tanya Addas. Dia tersenyum, “Dia saudaraku. Dia seorang Nabi, dan akupun seorang Nabi.” Mendengar itu, Addas merengkuh kepalanya penuh cinta dan mencium tangannya dengan penuh hormat.

Kisah Sahabat Rasul: Pengabdian Salman Al Farisi pada Orangtua

Kisah lain bercerita, tentang ‘Amr bin Ash. Belasan tahun ‘Amr menjadikan silat lidahnya sebagai senjata menentang dakwahnya.

Saat kemudian ‘Amr menyatakan keIslaman, ia disambut senyum, dimuliakan dan dilayaninya bagai saudara yang dirindukan.

‘Amr merasa dirinya istimewa. Pikirnya, itu karena bakat lisannya yang bermanfaat bagi da’wah. Maka ‘Amr beranikan diri meminta penegasan, “Siapakah yang paling kau cintai?”

Faedah Surat Al Lahab, Hukuman bagi Orang yang Menentang Allah dan Rasulnya

Dia tersenyum. “’Aisyah”, katanya.  “Maksudku dari kalangan laki-laki”, kata ‘Amr.

“Ayah ‘Aisyah.” Dia terus saja tersenyum pada ‘Amr.

“Lalu siapa lagi?”

“’Umar.”

“Lalu siapa lagi?”

“’Utsman,” masih dengan senyumnya.

Setelah itu ‘Amr menghentikan tanya, takut namanya disebut paling akhir. ‘Amr tersadar, bahwa Dia adalah manusia yang membuat tiap jiwa merasa paling berharga dan paling dicinta. Bukan basa-basi, karena Dia tak kehilangan kejujuran saat ditanya. Dia lah Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam, Sang Perajut Persaudaraan.<dbs>

Bachtiar
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos