Apapun Yang Terjadi, Tetaplah Bersyukur

Apapun Yang Terjadi, Tetaplah Bersyukur

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ.

 

Rasulullah Saw jika melihat apa yang menggembirakannya, beliau berucap, “Alhamdulillaahil ladzi bini’matihi tatimmush shaalihaat.” (Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebajikan menjadi sempurna). Jika melihat apa  yang beliau tidak sukai, beliau berucap, “Alhamdulillaahi ‘alaa kulli haal.” (Segala puji bagi Allah pada segala kondisi).

Hadis ini diriwayatkan oleh ibnu Majah dalam Sunan-nya. Terdapat dalam Kitab Al-adab, Bab Fadhl al-Haamidiin: 3803. Al-Hakim dalam Mustadrak-nya meriwayatkan dengan matan yang berbeda. Tepatnya dalam Kitab Ad-Du’a wat-Takbiir wat-Tahliil wat-Tasbiih wadz-Dzikr: 1840. Al-Albani meniliai hadis ini hasan. (lihat Shahih Ibn Maajah: 3081).

Keteladanan Rasulullah Saw

Hadis ini termasuk jenis hadis fi’li, yaitu hadis yang mencatat tentang apa yang diperbuat oleh Rasulullah Saw. Dokumentasi seperti ini sangat penting, karena beliau adalah rasul teladan. Dari tutur kata dan perilakunya, manusia menimba nasehat dan keteladanan yang tak pernah kering. Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu .” (Q.S. Al-Ahzaab 33: 21).

Secara khusus, hadis ini menggambarkan keteladanan Rasulullah Saw dalam bersyukur. Apapun yang terjadi, beliau selalu bersyukur. “Alhamdulillahi ‘alaa kulli haal,” tuturnya.

Bukan kali ini saja kesyukuran Rasulullah Saw didokumentasikan dalam sebuah hadis. Ada yang lebih luar biasa. Perhatikan dialog yang terjadi antara Rasulullah Saw dan ‘Aisyah sesaat setelah beliau salat malam.

Akibat terlalu lama berdiri, kedua kakinya bengkak. Dialog ini diceritakan ulang oleh Bukhari.

“Mengapa Anda melakukan ini ya Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni dosa Anda yang lalu dan yang akan datang?” tanya ‘Aisyah.

“Apakah tidak boleh kalau aku ingin menjadi hamba yang sangat bersyukur,” jawab beliau.

Nikmat Allah Swt  tak Terhitung

Apapun yang terjadi, tetaplah bersyukur. Terlalu banyak nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita. Tak seorang pun dari kita yang mampu menghitungnya. Allah Swt berfirman, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” [Q.S. An-Nahl (16): 18].

Jika ada di antara kita yang berusaha menghitung-hitungnya, pasti tidak akan bisa menyelesaikannya. Pada saat ia sedang menghitung-hitung, saat itu nikmat yang lain datang dan mengalir kepadanya. Itu semua datangnya dari Allah Swt juga. Ia berfirman, “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)…” [Q.S. An-Nahl (16): 53].

Sudah sewajarnya kita bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya. Terlebih banyak di antara nikmat-nikmat tersebut yang diberikan oleh Allah Swt tanpa kita harus berusaha, bahkan tanpa kita memintanya. Tak pantas jika kita mendustakannya. Wajarlah, jika Allah Swt mengulang-ngulang pertanyaan ini dalam Q.S. Ar-Rahman, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Menyempurnakan Nikmat dengan Syukur

Seharusnya syukur tidak hanya ada pada saat-saat suka. Syukur, semestinya, juga ada saat suka berganti duka. Bagimanapun juga, saat seseorang mengalami penderitaan, masih ada nikmat Allah Swt yang bisa ia rasakan. Bahkan, nikmat tersebut jauh lebih besar dibanding dengan penderitaan yang dialaminya.

Tetap bersyukur atas nikmat Allah Swt saat mengalami penderitaan merupakan bentuk penyikapan tingkat tinggi. Ini cara memandang musibah dari sisi yang berbeda yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Sikap ini akan melahirkan kesabaran dalam menyikapi musibah. Inilah yang menjadikan orang mukmin berbeda dari yang lainnya.

Rasulullah Saw bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, “Sungguh aku sangat kagum terhadap keadaan orang yang beriman. Setiap kondisinya selalu merupakan kebaikan. Yang demikian itu tidak dimiliki oleh seorangpun kecuali hanya oleh orang yang beriman. Bila ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur, maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Bila ia ditimpa kesusahan ia bersabar, maka hal itu juga merupakan kebaikan baginya.”

Lebih dari itu, mensyukuri nikmat Allah Swt juga akan mengundang nikmat-nikmat-Nya yang lain dan menghindarkan dari siksa-Nya. Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [Q.S. Ibrahim (14): 7]. Wallaahu a’lam bis shawab.

[Penulis: Tamim Aziz, Lc., M.P.I., pengajar di Ma’had Abu Bakar dan FAI Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Dimuat di Majalah Hadila Januari 2015]

Taufik
AUTHOR
PROFILE

Berita Lainnya

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos